This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Lihat Dulu Blog Ini ..............

Sabtu, 13 April 2013

Tata Cara Penggunaan Pupuk Bio Herbafarm Pada Tanaman Padi


TATA CARA PENGGUNAAN PUPUK BIO HERBAFARM PADA TANAMAN PADI

1.         Pertama-tama, bibit direndam dengan PUPUK BIO HERBAFARM dengan dosis tutup 1 tutup botol ( 10 ml ) per 2 liter air selama 5 – 8 jam lalu di peram dalam karung , kurang lebih 2 malam suda terlihan akar keluar serentak.
2.         Dua hari sebelum bibit dihambur ditempat pembibitan disiram dengan air dengan air pupuk sisa hasil rendaman tadi. Ssetelah bibit diperam 2 malam siap dihambur ditempat pembibitan.
3.         Setelah bibit berumur 10 hari bisa dilakukan penyemprotan / pemupukan merata dengan PUPUK BIO HERBAFARM dosis 2 tutup botol 2 ml pertengki 1g liter air
4.         Setelah bibit berumur 17- 20 hari sudah bisa dilakukan pencabutan (  pemundahan ) catatan : paling lambat 20 hari umur bibit. Bibit harus dipindahkan , kenapa ?  alasannya supaya anakan bisa mencapai 60 anakan. Kalau bisa dicabut langsung ditanam jangan sampai bemalam untuk mengurangi setres.
5.         Umur 10 hari setelah habis tanam (SHT ) menggunakan PUPUK BIO HERBAFARM dengan dosis 6 tutup botol ( 60 ml 0 pertengki ( 15 liter air) dengan merata mulai daun,batang, akar dan tanah.
6.         Umur 15 hari setelah habis tanam menggunakan PUPUK UREA dengan dosis ½ atau ajuran biasanya.  Contoh kalau menggunakan pupuk 50 kg sekarang hanya menggunakan ½  karung atau 25 kg.
7.         Umur 20 hari setelah habis tanam menggunakan pupuk bio herbafarm dengan dosis 8 tutup botol pertengki (15 liter air ) dengan merata dari daun, batang dan akar ( tanah ).
8.         Umur 30 hari setelah habis tanam menggunakan PUPUK SP36 atau POSKA dengan dosis ½ dari anjuran atau biasanya.
9.         Umur 40 -45 hari setelah habis tanam menggunakan PUPUK BIO HERBAFARM dengan dosis 10 botol ( 100 ml ) pertengki ( 15 liter air ) dengan merata dari daun, batang, hingga akar (tanah )  catatan : setelah buah sudah keluar tapi belum berisi jangan dilakukan penyemprotan.
10.     Setelah masa bunting dapat dilakukan penyemprotan berkali-kali atau setiap 3 kali sekali.

SELAMAT MENCOBA SEMOGA SUKSES !!!


DIPRODUKSI OLEH                                                 IMFORMASI HUBUNGI :
    FARID WAJEDI, SP

PT. SIDO MUNCUL                                                             

laporan tataniaga hasil pertanian


L A P O R A N
“TATANIAGA HASIL PERTANIAN”




DISUSUN :
S A P R U D I N
101 2010 048


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
YPP MUJAHIDIN TOLITOLI
TAHUN 2013


K A T A  P E N G A N T A R
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas rahmat ALLAH  SWT, karena dengan ridho-NYA lah sehingga terselesainya kegiatan dan laporan praktikum mata kuliah “Manajemen Tataniaga Hasil Pertanian”.
Tak lupa pula kami mengucapkan ucapan terimah kasih kepada semua yang berpartisipasi dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan praktikum, terutamanya kepada :
Ø  Bapak Farid Wajedi. S.P, selaku dosen mata kuliah dan pembibing praktikum
Ø  Ibu Musniar S.P MSi yang juga selaku dosen mata kuliah dan pembibing praktikum
Ø  Teman-teman yang telah ikut dalam pelaksanaan praktikum dan pembuatan laporan praktikum
Laporan ini masih kurang dalam hal penyusunannya, dimana kita ketahui bersama bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan tak luput dari kata salah, jadi selaku penyusun laporan mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun, demi perbaikan dan pembelajaran dalam penyusunan laporan nantinya
Semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi pembaca dan mengunakannya menjadi bahan referensi



ToliToli, 20 Januari 2013

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………...            
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………              i
KATA PENGANTAR …………………………………………………              ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...             iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..             v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...             vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang …………………………………………………........              1
1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………...              2
1.3  Tujuan dan Manfaat praktik lapang …………………………………                3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tataniaga Pertanian ……………………………………..                4
2.2 Lembaga-Lembaga, Saluran Dan Fungsi Pemasaran Hasil Pertanian                    4  
2.2.1 Lembaga Pemasran ……………………………………………….               4
2.2.2 Saluran Pemasaran ………………………………………………..               6
2.2.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran …………………………………………               7
2.3 Analisis Struktur, Tingkah Laku Dan Penampilan Pasar……………                   10
2.3.1 Struktur Pasar ……………………………………………………..              10
2.3.2 Prilaku Pasar ………………………………………………………              12
2.3.3 Penampilan Pasar ………………………………………………….              12
2.3.4 Produsen Hasil-Hasil Pertanian …………………………………...                13
2.4 Marjin Pemasaran Produk Pertanian ………………………………..                13
2.4.1 Teori Marjin Pemasaran …………………………………………..               13
2.4.2 Nilai Marjin Pemasaran …………………………………………...               15
2.4.3 Distribusi Marjin Pemasaran ……………………………………...                15
2.4.4 Perubahan Marjin Pemasaran ……………………………………..               16
2.5 Tinjauan Tataniaga Hasil Pertanian …………………………………                 16
BAB III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktik Lapang …………………..                 19
3.2 Metode Pengambilan Sampel ……………………………………….               19
3.3 Analisi Data …………………………………………………………              19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang …………………………..                20
4.2 Identitas Dan Kegiatan Usaha Tani Responden …………………….                 20
4.3 Pembahasan …………………………………………………………              21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….              23
5.2 Saran ………………………………………………………………...             23
DAFTAR PUSTAKA



BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sector pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Menurut Mubyarto (1995).
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan hasil produk pertanian terhadap PDB, penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri.
Untuk Hasil-hasil produk pertanian di butuhkan peran dari tataniaga hasil pertanian, dimana tataniaga merupakan suatu  aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan  jasa dari titik produksi sampai ke  titik  konsumen. Tataniaga pertanian juga merupakan salah satu faktor pertanian untuk memperlancar proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil produk pertanian.
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui nilai guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian pemasaran pertanian di anggap memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dapat dianggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada karakteristik produk pertanian serta subjek dan objek pemasaran pertanian itu sendiri
Pemasaran produksi barang pertanian, membutuhkan lembaga pemasaran dan proses yang lebih panjang (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan) bila dibandingkan dengan pemasaran produk non pertanian. Hal tersebut terjadi karena komoditas pertanian memiliki karakteristik khusus yang dimiliki oleh barang-barang non pertanian, karakteristik tersebut meliput : sifat produk pertanian yang mudah busuk, rusak dan bersifat bulky serta sangat tergantung oleh faktor lingkungan (khususnya musim). Karakteristik hasil pertaniantersebut menuntut lembaga-lembaga pemasaran untuk lebih mengefesienkan biaya dalam proses produksi pertanian, karena pada dasaranya kegiatan pemasaran produk pertanian membutuhkan rantai pemasaran yang panjang, sehingga dengan adanya efisiensi tersebut diharapkan dapat memberikan pemasaran yang efisien, dimana pendapatan untuk petani dapat meningkat, namun harga yang dibebankan pada konsumen juga tidak terlampau tinggi.
Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dan manajmen tataniaga hasil pertanian dianggap penting untuk pembangunan pertanian. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sebagainya serta tataniaga sebagai metode yang di gunakan untuk mengoperasionalkan proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian. (Soekartawi, 1994: 1).

1.2 Rumusan Masalah

Hasil produk pertanian sifatnya selalu dibutuhkan dan harus selalu tersedia, Jadi produk harus tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumennya. Oleh karena itu peran tataniaga hasil pertanian diperlukan agar dapat membantu memperlancar proses pemasaran produk dari tersedianya produk, distribusi produk hingga pemasaran hasil produk pertanian. Dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga itu adalah kegiatan yang produktif.
1.3 Tujuan dan manfaat Praktek Lapang
1.      tujuan umum
mahasiswa dapat memperoleh informasi secara langsung mengenai tataniaga pertanian dari pelaku/ responden yang menjadi sasaran survey, dalam hal ini petani desa buntuna kecamatan baolan kabupaten tolitoli.
2.      tujuan khusus
a.       mahasiswa dapat memahami pengertian manajemen tataniaga pertanian
b.      mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan lembaga-lembaga pemasaran produk hasil pertanian
c.       mahasiswa dapat menjelaskan saluran pemasaran produk pertanian dan fungsi-fungsi serta peran dari tataniaga/pemasaran hasil pertanian.
d.      Mahasiswa dapat menjelaskan apa yang di maksud struktur, prilaku dan penampilan pemasaran hasil pertanian
e.       Mahasiswa memahami serta dapat menjelaskan marjin pemasaran dan produk pertanian
3.      manfaat praktik lapang
a.       mahasiswa dapat berinteraksi dan beradaptasi langsung dengan responden desa buntuna kecamatan baolan
b.      terjalinnya kerja sama mahasiswa dalam pelaksanaan praktik lapang.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tataniaga Pertanian
Menurut Limbong dan Soitorus (1987, dalam Wulandari, 2008) pada dasarnya tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah mendefinisikan pemasaran atau tataniaga sebagai sesuatu yang berbeda- beda sesuai sudut pandang mereka. Pemasaran atau tataniaga dapat didefinisikan sebagai suatu proses manajerial dimana individu atau kelompok di dalamnya mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Tataniaga dapat juga diartikan sebagai suatu tempat atau wahana dimana ada kekuatan supply dan demand yang bekerja, ada proses pembentukan harga dan terjadinya proses pengalihan kepemilikan barang maupun jasa (Dahl dan Hammond, 1987), sedangkan menurut Kohls dan Uhl (1990, dalam Kertawati, 2008) tataniaga adalah semua kegiatan bisnis yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari titik produksi hingga barang dan jasa tersebut ada di tangan konsumen.

2.2 Lembaga-Lembaga, Saluran Dan Fungsi Pemasaran Hasil Pertanaian
2.2.1 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan aktifitas pemasaran, menyalurkan jasa dan produk pertanian kepada konsumen akhir serta memilki jejaring koneksitas dengan badan usaha dan individu lainnya. Lembaga pemasaran muncul sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang di inginkan sesuai waktu, tempat maupun bentuknya.

            Peran lembaga pemasaran adalah melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal. Konsumen memberikan balas jasa atas fungsi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga konsumen. Nilai balas jasa tersebut tercermin pada besarnya marjin pemasaran.
            Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang di perjual belikan lembaga pemasaran, di bedakan menjadi 3 kelompok :
1)      lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai kuasa atas produk (agent middleman), di antarnya ;
a.       perantara makelar atau broker baik selling broker maupun buying broker.  Broker merupakan pedagang perantara yang tidak secara aktif berpartisifasi dalam melakukan fungsi pemasaran, mereka hanya berperan menghubungkan pihak-pihak yang bertransaksi untuk memperoleh komisi atas jasa broker.
b.      Commission agent, yaitu pedagang perantara yang secara aktif turut serta dalam pelaksanaan fungsi pemasaran terutama yang berkaitan dengan proses seleksi produk, penimbangan dan grading. Umunya mereka memperoleh komisi dari perbedaan harga produk.
2)      Lembaga pemasran yang memilki dan menguasai produk pertanian yang di perjual belikan, antara lain ;
a.       Pedagang pengumpul, penebas, tengkulak atau contract buyer dan whole seller. Mereka umunya menafsir total produk pertanian dengan cara menaksir jumlah hasil panen di kalikan dengan harga yang di harapkan pada saat panen (expectation price)
b.      Grain millers, pedagang attau lembaga pemasaran yang memiliki gudang menyimpan produk pertanian. Mereka membeli aneka produk pertanian utamanya padi dan palawija serta menangani pasca panen.
c.       Eksporter dan importer


3)      Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai produk pertanian yang di transaksikan ;
a.       Processors dan manufaktur. Lembaga-lembaga ini sangat berperan dalam proses agroproduk sebab keberadaannya menjadi jaminan pasar bagi produk pertanian
b.      Facilitative organization, salah satu bentuk oragnisasi fasilitatif yang sudah di kenal di Indonesia adalah pasar lelang ikan (TPI). Sub terminal agribisnis, walaupun belum sepenuhnya berjalan dengan baik sudah menawarkan alternatif transaksi berbagai produk pertanian melalui lelang.
c.       Trade associations, asosiasi perdagangan agroproduk yang terutama bertujuan untuk mengumpulkan, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi pada anggotanya
2.2.2 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah rute yang di lalui oleh produk pertanian ketika produk bergerak dari farm gate yaitu petani produsen ke pemakai terakhir (konsumen). Produk pertanian yang berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang berbeda pula. Umunya saluran pemasaran terdiri atas sejumlah lembaga pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka akan  secara bersama-sama mengirimkan dan memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat produksi hingga ke penjual terakhir. Musselman dan jakson (1992).
C Glenn Waters dalam Bayuswastha (1982), mendefinisikan saluran pemasaran sebagai sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.


Fungsi utama dari saluran pemasaran ialah menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Terdapat berbagai macam saluran pemasaran :
1.      Produsen – konsumen, bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek dan sedehana Karena tampa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk langsung ke konsumen. Saluran biasa disebut saluran distribusi pemasaran langsung.
2.      Produsen – pengecer – konsumen, dalam saluran ini produsen hanya melayani Penjualan dalam jumlah besar kepda pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
3.      Produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, saluran distribusi ini banyak di gunakan yang dinamakan saluran distribusi tradisional. Disini produsen hanya melayani Penjualan dalam jumlah besar kepda pedagang besar saja, tidak ke pedagang pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
4.      Produsen – agen – pedagang pengecer – konsumen, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya di tujukan kepada pedagang pengecer besar.
5.      Produsen - agen - pedagang besar - pedagang pengecer – konsumen, dalam saluran ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke pedagang besar yang kemudian menjualnya ke tokoh kecil.
2.2.3 Fungsi-Fungsi Pemasaran
Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga ke konsumen akhir, terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat dan waktu. Hal ini di sebabkan oleh pelaksanaan berbagai kegiatan pemasaran sebelum produk pertanian sampai ke konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga-lembaga pertanian, mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi :
1.      Fungsi pertukaran
Dalam proses pemasaran fungsi ini mencakup kegiatan pengalihan hak kepemilikan atas produk. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas kuantitas, bentuk dan waktu yang di inginkan konsumen atau partisipan pasar dari  rantai pemasaran berikutnya. Selain itu fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar. Sesuai krateristik konsentrasi distributif pada system pemasaran produk pertanian. Sedangkan fungsi pembelian, umumnya di awali dengan aktifitas mencari produk, mengumpulkan dan menegoisasikan harga.
2.      Fungsi fisik
Fungsi fisik mencakup, aktivitas perlakuan, pengangkutan dan penyimppanan serta perubahan fisik produk :
a.       Fungsi penyimpanan, suatu aktivitas bertujuan agar produk tersedia dalam volume transaksi yang memadai pada waktu yang di inginkan.
b.      Fungsi pengangkutan, fungsi ini berkenaan dengan penyediaan barang pada tempat yang sesuai. Fungsi di sebut juga fungsi transportasi, fungsi ini dapat berjalan dengan baik dengan melakukan pemilihan alternatif rute dan jenis transportasi yang di gunakan.
c.       Fungsi perubahan fisik produk, fungsi ini di cirikan oleh adanya perubahan wujud fisik produk.
3.      Fungsi fasilitasi, ialah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Di maksudkan fungsi ini dapat menjadi upaya perbaikan sistem pemasaran sehingga efisiensi operasional dan penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi fasilitasi adalah standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar, riset pemasaran dan penciptaan permintaan.
a.       Fungsi standarisasi, fungsi pendanaan akan menjadi penting apa bila terjadi perbedaan waktu antara pembelian suatu produk penjualan. Semakin lama semakin banyak barang yang disimpan maka dana yang di butuhkan semakin besar. Di katakan penting dalam hal perhitungan biaya pemasaran.
b.      Fungsi penanggungan resiko, dalam pemasaran komoditi pertanian risiko merupakan salah satu factor yang perlu di perhitungkan. Ada 2 macam risiko. risiko fisik, terjadi akibat kerusakan atau penyusutan komoditi karena sifat produk pertanian itu sendiri ataupun karena sebab lain seperti kebakaran, gempa bumi, dll. Sedangkan risiko pasar di sebabkan Karena perubahan harga yang tidak stabil, serta akibat hilangnya pelanggan oleh persaingan di pasar.
c.       Fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi pengumpulan, interprestasi, dan diseminasi informasi dari berbagai macam data yang di perlukan agar proses pemasaran dapat berjalan lancar. Pekerjaan ini sering di lakukan dalam manajemen pemasaran agar pengambilan keputusan dapat di lakukan dengan baik, seperti penyimpanan, transportasi, dan lain-lain.
d.      Fungsi riset pemasaran, penelitian pasar seringkali perlu di lakukan agar pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efesien, seperti selera konsumen, bagaimana meningkatkan penjualan, bagaimana melakukan persaingan di pemasaran.








2.3 Analisis Struktur, Tinngkah Laku Dan Penampilan Pasar
-         Struktur pasar
-          
-         Tingkat konsentrasi pembeli & penjual,
-         Tingkat diferensi produk,
-         Hambatan keluar masuk pasar,
-         Tingkat pengetahuan pasar.
-         Tingkat integrasi dan diversifikasi




Penampilan pasar
-       Efisiensi harga,
-       Biaya pemasaran,
-       Marjin laba bersih
-       Progresif pasar
Prilaku pasar
-  Aliran produk,
-  Kelembagaan
-  fungsi pertukaran,
-  fungsi fisik,
-  standarisasi.


 












Gambar 1.  Hubungan struktur pasar, tingkah laku pasar dan penampilan pasar (anindita,2004)
2.3.1 Struktur Pasar (Market Structure)
Struktur pasar adalah karateristik organisasi yang menetukan hubungan antara berbagai penjual di  pasar, antara berbagai pembeli di pasar, penjual dan pembeli, dan penjual dengan kekuatan pemasok barang lainnya, termasyk kekuatan perusahaan baru yang masuk pasar. Dengan kata lain, Struktur pasar membahas karateristik organisasi dari suatu pasar yang mempengaruhi tingkat persaingan dan penentuan harga pasar. Melalui struktur pasar dapat di ketahui apakah suatu pasar mempunya struktur persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna.
Ada beberapa kriteria untuk menetukan struktur pasar :
1.      Tingkat Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pembeli dan penjual, Secara kuantitatif, struktur pasar dapat diketahui dengan menghitung derajat konsentrasi pembeli sehingga diketahui secara umum gambaran imbangan kekuatan posisi tawar menawar petani terhaap pembeli dan penjual.
2.      Tingkat Diferensiasi Produk, Manfaat dari diferensiasi produk adalah untuk memperoleh keunggulan atas pesaingnya. Suatu perusahaan harus mempromosikan suatu nilai kepada para konsumen dengan melakukan segala kegiatan secara lebih efisien dibanding para pesaingnya seperti keunggulan biaya yang lebih murah atau dengan melakukan kegiatan dengan cara yang unik dalam menciptakan nilai pembeli yang lebih besar.
3.      Kondisi untuk masuk pasar, adapun kondisi yang di maksud ialah hambatan masuk pasar, keterbatasan modal, dan alat komunikasi. Bagi pedagang, keterbatasan modal yang dimiliki menyebabkan mereka kesulitan dalam pengembangan industri pengolahan maupun dalam proses transaksi, dan rata-rata pedagang tidak memiliki latar belakang pengetahuan bisnis.
4.      Tingkat pengetahuan pasar, lemahnya pengetahuan dan pengalaman petani maupun pedagang. Hal ini menyebabkan petani maupun pedagang tidak dapat melakukan produksi dan pemasaran secara efisien. Informasi tentang turunnya harga selalu mengakibatkan kerugian di pihak pedagang pengumpul dan petani, berdasarkan standar mutu, lingkungan dan kesehatan.
5.      Tingkat integrasi dan diversifikasi





2.3.2 Prilaku Pasar (Market Conduct)
Prilaku pasar menurut Bain (1959) dalam Cloudius dan Muller (1967), mengacu pada pola dari tingkah laku perusahaan yang menunjukkan cara beradaptasi atau penyesuaian diri dengan pasar dimana mereka bertindak sebagai penjual dan pembeli.
Adam (1960) dalam Tibayan (1983), menguraikan prilaku pasar sebagai integrasi dari tingkah laku berbagai perusahaan yang meliputi, strategi, taktik pemasaran.
Adapun caves (1964) dalam Tibayan (1983), menggambarkan prilaku pasar sebagai tingkah laku dari perusahaan dalam perubahan harga, output, karateristik produk, biayapenjualan dan biaya penelitian.
2.3.3 Penampilan Pasar
Menurut Bain (1959) dalam Harriss (1993), penampilan pasar menyajikan hasil ekonomi dari struktur dan prilaku, khusunya dalam hubungan anatara distribusi marjin dan biaya produksi dari pelayanan pemasaran. Data harga dalam bentuk time series, di gunakan untuk menyatakan derajat kompetisi di dalam system pemsaran, melalui :
1.      Kolerasi harga pasar antar pasar yang menandai adanya tingkat integrasi pasar
2.      Hubungan antara biaya pengangkutan dan perbedaan harga antar pasar
3.      Hubungan antara fluktuasi harga musiman dan biayapenyimpanan yang menandai adanya persaingan pasar dalam sepanjang waktu
Menurut anindita (2003), penampilan atau kinerja pasar adalah penilaian terhadap Sumber daya ekonomi yaitu sampai seberapa jauh tinndakan atau tingkah laku industri di pasar memberikan sumbangan terbaik yang dapat di capai sesuai dengan tujuan social ekonomi masyrakat yang relevan.
Untuk mengetahui penampilan pasar dapat diperhatikan beberapa hal, antar lain :
1.      Harga relatif terhadap biaya rata-rata produksi atau tingkat keuntungan
2.      Ukuran biaya promosi penjualan relatif terhadap biaya produksi
3.      Karateristik produk, meliputi pilihan desain, kualitas dan ragam produk dalam berbagai pasar
4.      Tingkat kemajuan perusahaan dan industri, baik  pengembangan produk maupun tehnik produksi
5.      Ukuran marjin pemasaran relatif terhadap biaya produksi
6.      Ukuran tingkat penjualan relative terhadap sumber daya pemasaran
2.3.4 Produsen Hasil-Hasil Pertanian
Dalam kegiatan pemasaran produk hasil pertanian, produsen merupakan subyek utama dalam pembentukan harga produk pertanian. Dimana dengan dasar biaya-biaya produksi yang telah di keluarkan sehingga produk itu terwujud dan siap untuk di pasarkan. Bagi produk pertanian tertentu seperti beras, gula pasir, dan lainnya, pemerintah berperan dalam menentukan harga sebagai patokan.
Adanya patokan harga tentang produk pertanian di pasaran, jika di tinjau secara dalam sesungguhnya untuk memotifasi atau merangsang para petani (produsen) agar bekerja lebih giat meningkatkan produksinya,
2.4 Marjin pemasaran produk pertanian
2.4.1 Teori Marjin Pemasaran
Marjin  tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan  harga  yang diterima petani produsen atau dapat pula dinyatakan  sebagai  nilai dari  jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan  barang  dari  titik  produsen  ke  titik  konsumen  membutuhkan pengeluaran baik  fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.
Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing  lembaga  tataniaga yang  terlibat. Rendahnya  biaya  tataniaga  suatu  komoditi  belum  tentu mencerminkan  efisiensi yang  tinggi.   Salah satu  indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga  adalah  dengan  membandingkan  persentase  atau  bagian  harga  yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Tingkat  efisiensi  tataniaga  juga  dapat  diukur  melalui  besarnya  rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.  Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga didefinisikan  sebagai  besarnya  keuntungan  yang  diterima  atas  biaya  tataniaga yang  dikeluarkan. Semakin  meratanya  penyebaran  rasio  keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem tataniaga akan semakin efisien. (Limbong dan Sitorus, 1987)

Persamaan matematis marjin pemasaran :
 



keterangan :      M = marjin pemasaran
Cij = biaya pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran ke I oleh lembaga j
                        = keuntungan yg di peroleh lembaga pemasaran ke j
                        m = jmumlah jenis biaya pemasaran
                        n = jumlah lembaga pemasaran


2.4.2 Nilai Marjin Pemasaran (VM)
VM = (Pr – Pf) Q*

nilai marjin pemasaran ialah besarnya marjin pada volume produk pertanian yang di transaksikan. secara matematis nilai marjin pemasaran di formulasikan :

keterangan :      VM = nilai marjin pemasaran
                        Pr    = harga di tingkat pengecer
                        Pf    = harga di tingkat petani
                        Q*     = jumlah produk pertanian yang di transaksikan
2.4.3 Distribusi Marjin Pemasaran
Distribusi margin adalah pembagaian antara semua komponen biaya yang dikelurkan dalam proses memasarkan suatu komoditas pertanian tertentu dan keuntungan yang didapatkan pada masing-masing lembaga dengan margin pemasaran yang kemudian dikalikan 100%. Persamaan matematis distribusi marjin :
Þ    SBij      = [cij / (Pr – Pf)] 100%
Þ    Cij        = Hjj – Hbj – cij
Þ    Skj       = [Pij / (Pr – Pf)] 100%
Þ    Pij        = Hjj – Hbj – cij

 





Ket :
SBij        = biaya untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke I oleh lembaga pemasaran ke j
Cij          = biaya intuk melaksanakan fungsi pemasaran ke I oleh lembaga pemasaran ke k
Pr           = harga di tingkat pengecer
Pf           = harga di tingkat petani
Hjj          = harga jual lembaga pemasaran ke j
Hbj         = harga beli lembaga pemasaran ke j
Skj         = keuntungan lembaga pemasaran ke j

2.4.4 Perubahan Marjin Pemasaran
-         Jumlah yang di konsumsi konsumen di pengaruhi oleh variable harga eceran dan pendapatan konsumen
-         Jumlah yang di transaksikan lembaga pemasaran di pengaruhi oleh harga di tingkat petani, harga eceran dan variable yang mempengaruhi prilaku pemasaran secara berkelompok
-         Jumlah yang di tawarkan produsen di pengaruhi oleh harga di tingkat petani dan variable eksogenous yang mempengaruhi produksi pertanian

2.5 Tinjauan Tataniaga  Hasil Pertanian
a.       Tata niaga sebagai suatu proses, Menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan perlakukan yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking dalam kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.
b.      Tata niaga sebagai suatu sistem, Meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem tata niaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi suatu sistem tata niaga terdiri dari berbagai sistem ataupun subsistem pengorganisasiannya. Misalnya suatu saluran tata niaga, atau suatu mata rantai tata niaga (channel of marketing) bisa terdiri dari satu atau beberapa lembaga tata niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal (sole agent) atau koperasi.
c.       Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi, Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan dari segi ini selalu menyoroti kegiatan yang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini, tataniaga dianggap atau dipandang sebagai bagian dari kegiatan produksi, dalam arti kata yang luas.
d.      Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi, Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik, sosial ekonomi, preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian kerja dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami perobahan atau penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga “jarak” antara sektor produsen kegiatan sektor konsumenpun menjadi semakin “jauh”, sehingga semakin besar dan penting pula peranan tata niaga. Timbullah badan-badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV, Koperasi, Assosiasi, dll) yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan didalam masyarakat terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan pemerintah.

e.       Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business), Munculnya bentuk-bentuk spesialisasi menuntut penataan, pengorganisasian, pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dan lain-lain yang satu persatu menjadi komponen yang khusus. Badan- badan yang bergerak dalam bidang niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan perusahaannya. Sebagian dari unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga bersama-sama dengan kegiatan produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian pemasaran bersama.
f.        Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan, Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya operasional. Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga diorganisasikan dalam berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri, seperti bagian iklan, langganan, penjualan, pergudangan, penelitian pasar, pengembangan, dan lain-lain.\


BAB III. METODE PRAKTIK LAPANG

3.1              Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktik Lapang
Kegiatan pelaksanaan praktik lapang di ikuti oleh mahasiswa agribisnis semester V yang di laksanakan :
Tempat             : Desa Buntuna Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli
Tanggal/hari      : Tanggal 05 Januari 2013
Pukul                : Jam 08.30-Selesai.

3.2              Metode Pengambilan Sampel
Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel responden desa bunntuna kecamatan baolan kabupaten tolitoli, dengan menemui dan wawancara secara langsung dengan petani/responden cara ini biasa di katakan pengambilan sampel data primer.

3.3              Analisis Data
Milles dan Huberman (1984) dalam sutopo (2006), megatakan bahwa dalam proses analisis terdapat 3 komponen utama yaitu redusi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya.
Dari beberapa data dalam praktikum ini melalui wawancara dan observasi dengan petani, untuk melihat tataniaga yang di gunakan serta berapa besar perkembangan yang di peroleh petani di Desa Buntuna Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli melalui konsep marjin pemasaran dapat di kaji dari 2 analisis yaitu harga dan biaya pemasaran.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang
Lokasi kegiatan praktikum bertempat di Desa Buntuna Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli, sebagian penduduk desa buntuna bekerja di sector pertanian, dimana kegiatan pertanian yang di lakukan ialah perkebunan cengkeh, perkebunan jagung, ricah, tomat, dan sayur-sayuran. Sebagiannya lagi bekerja di sector industri.

Desa buntuna luas wilayahnya 5.500 Ha / 5,5 KM2 yang berjarak 8 KM dari pusat kabupaten Tolitoli yaitu dekat dari tempat pemasaran hasil pertanian, pasar susumbulan dan pasar bumi harapan tolitoli, namun hasil yang di dapatkan tidak sesuai serta distribusi hasil pertanian masih berjalan lambat. Tataniaga hasil pertanian desa buntuna perlu lebih di kembangkan lagi di maksudkan untuk memperlancar proses produksi, distribusi dan pemasran hasil.

4.2 Identitas Dan Kegiatan Usaha Tani Responden

Tabel 1. Identitas dan kegiatan usaha tani responden
Identitas responden
Nama
Hasan
Kamarudin
Moh. Fadlan
Umur
50 tahun
26 tahun
32 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Pend. terakhir
SD
SMK
SD
Pengalaman UT
15 Tahun
9 tahun
12 tahun
Tanggungan RT
2
3
5
Kegiatan usaha tani
Sttus kepemilikan lahan ?
Penggarap
Penggarap
Penggarap
Luas areal usaha ?
10 are
20 are
22 are
Jenis usaha tani ?
Jagung
Jagung
Sayur-sayuran
Jagung,
Sayur-sayuran
Produksi Saat panen raya ?

1000-1500  buah

Jagung, 2000 buah
Sayuran, 5 karung

Jagung,2200 buah
Sayuran,6 karung
Berapa x Panen dalam 1 tahun ?
2 – 4x
Jagung, 2-4x
Sayuran, tiap bulan
Jagung, 2-4x
Sayuran, tiap bulan
Jadwal tanam ?
Pagi & sore hari
Pagi dan sore hari
Pagi dan sore hari
Pembayaran distribusi ?
10.000/distribusi
Jagung, 10.000
Sayuran, 5.000
Jagung, 10.000
Sayuran, 5.000
Perlakuan khusus pasca panen
Sortasi,
Pengemasan
Sortasi,
Grading,
pengemasan
Sortasi,
Grading,
pengemasan


4.3 Pembahasan
Pedagang Pengecer
Sebagian dari penduduk desa buntuna bekerja di sektor pertanian di bidang perkebunan jagung, kelapa, dan sayur-sayuran. Saluran pemasaran yang di gunakan petani dalam tataniaga hasil pertanian dengan duan cara, dari produsen ke konsumen dan dari produsen ke pedagang pengecer yang turun lang ke perkebunman untuk membeli produk usaha tani yang kemudia di jual ke konsumen, dengan selisih marjin yang berbeda dari produsen ke pengecer lalu ke konsumen.
Produsen/Petani
Konsumen
 





Gambar 2. Saluran pemasaran desa Buntuna

Petani desa buntuna umumnya bertindak sebagai pengarap, meskipun beberapa usaha tani dari perkebunan jagung dan sayur-sayuran serta luas area yang usaha tani kan juga tidak luas, tetapi hasil yang di dapatkan begitu besar, konsep ini biasa di katakan produktifitas hasil pertanian. Dengan hasil yang begitu besar di sector pertanian dalam hal perkebunan jagung dan sayuran, di butuhkan tataniaga untuk hasil pertanian untuk memaksimalkan hasilnya dengan marjin pemasarannya.



BAB V. PENUTUP

5.1              Kesimpulan
Hasil pertanian dari desa buntuna, berasal dari bidang perkebunan cengkeh, kelapa, jagung, ricah, tomat, palawija dan sayur-sayuraan. Dari hasil praktikum hasil pertanian petani sebagian besar dari perkebanuan jagung dan sayur-sayuran. Dimana hasil usaha tani ini juga menjadi konstribusi desa dari bidang pertanian.
Dilihat dari fungsinya, tataniaga hasil pertanian dapat memperlancar pemasaran hasil pertanian dari proses produksi, distribusi hingga ke konsumen.
Dari hasil praktikum, saluran pemasaran yang umum di gunakan dalam tataniaga hasil pertanian produk pertanian, yaitu dari produsen ke konsumen dan dari produsen ke pedagang pengecer kemudian di jual ke konsumen.

5.2              Saran
Dengan melihat tabel identitas dan kegiatan usaha tani responden, hasil   yang di dapatkan petani, produksi yang begitu besar di sektor pertanian dalam bidang perkebunan jagung dan sayuran, sehingga di butuhkan peran tataniaga untuk hasil pertanian yang baik untuk memaksimalkan hasilnya dengan marjin pemasarannya.



DAFTAR PUSTAKA

Annindita, 2004. Struktur pasar, tingkah laku dan penampilan pasar. Modul praktikum tataniaga hasil pertanian.
Annonymous. 2010. Definisi dan Usaha Pertanian.  http://pustaka.ut.ac.id. Diakses pada  24 Februari  2010.
Arvareza D, 2010. Konsep Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Dan Pertanian Agropolitan. Fakultas pertanian, Bogor.
AT Mosher, 1965, pertanian dan pembangunan pertanian, www.google.com
C Glend Waters dalam bayu swasta, 1982. Lembaga, saluran dan fungsi-fungsi tataniaga pertanian, pemasarannya. tingkah laku dan penampilan pasar. Modul praktikum tataniaga hasil pertanian
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara
Farid Wajedi S.P dan Musniar S.P MSi, modul praktikum mata kuliah manajemen tataniaga hasil pertanian, 2013.
Hernanto, F.1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Limbbong dan soitourus (1987), definisi tataniaga pertanian. Di akses tanggal 18 januari 2013, www.google.com
Mubyarto (1995), sector pertanian Indonesia. Di akses tanggal 18 januari 2013, www.google.com
Soekartawi, 1994. Distribusi dan pemasaran hasil pertanian. Jakarta : UI Press.
Tohir, Kaslan A. 1982. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani di Indonesia. Jakarta
Zalukhu, Juniasti. 2009. Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
www.google.com, materi tataniaga pertanian dan makalah hasil tataniaga pertanian, 2013.


Mr. D | Diyazz. Diberdayakan oleh Blogger.